Riwayat Hidup Santa Agnes
St. Agnes
hidup pada masa Gereja Perdana, yaitu masa ketika orang-orang Kristen mengalami
penindasan serta penganiayaan yang kejam dalam pemerintahan bangsa Romawi. Ia
wafat sebagai martir sekitar tahun 304 - 305 dalam pemerintahan Kaisar
Diocletian. Usia Agnes pada waktu itu baru 13 tahun. Meskipun tidak banyak
catatan sejarah yang ada mengenai St. Agnes, ia amat populer. Hal ini terutama
karena St. Ambrosius serta para kudus Gereja
lainnya banyak menulis tentangnya.
`Agnes'
dalam bahasa Latin berarti `anak domba' atau `kurban', sementara dalam bahasa
Yunani berarti `murni, suci'. Agnes seorang gadis remaja yang cantik jelita dan
berasal dari keluarga kaya. Banyak pemuda bangsawan Romawi terpikat padanya;
mereka saling bersaing agar dapat memperisteri Agnes. Tetapi Agnes menolak
mereka semua dengan halus dan mengatakan bahwa ia telah mengikatkan diri pada
seorang Kekasih yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Procop, putera
Gubernur Romawi, termasuk salah seorang di antara para pemuda yang amat marah
dan merasa terhina oleh penolakan Agnes. Mereka melaporkan Agnes kepada
Gubernur dengan tuduhan pengikut Kristus.
Pada
mulanya Gubernur bersikap ramah serta lembut kepadanya. Ia menjanjikan harta
serta kedudukan jika saja Agnes mau menyangkal imannya dan menikah dengan
Procop. Agnes menolak, berkali-kali diulanginya pernyataannya bahwa ia tidak
dapat memiliki mempelai lain selain dari Yesus Kristus. Karena pernyataannya
itu, Agnes diseret ke depan mezbah berhala dan diperintahkan untuk
menyembahnya. Bukannya menyembah berhala, Agnes malahan mengulurkan tangannya
dan membuat Tanda Salib, tanda kemenangan Kristus. Gubernur kemudian
memperlihatkan kepadanya api penyiksaan, kait besi, serta segala macam
alat penyiksa lainnya, tetapi gadis muda itu tetap tabah dan tidak gentar
sedikit pun.
Karena
Agnes tetap keras kepala, Gubernur mengancam akan mengirim Agnes ke rumah
pelacuran. Tetapi Agnes menjawab, “Yesus Kristus amat pencemburu, Ia tidak akan
membiarkan kemurnian para mempelainya dicemarkan seperti itu. Ia akan
melindungi dan menyelamatkan mereka.” Katanya lagi, “Kalian dapat menodai
pedang kalian dengan darahku, tetapi kalian tidak akan pernah dapat menodai
kesucian tubuhku yang telah kupersembahkan kepada Kristus.” Gubernur amat marah
mendengar perkataannya itu. Ia memerintahkan agar Agnes, saat itu juga, dikirim
ke rumah pelacuran dengan perintah bahwa semua orang berhak menganiayanya
sesuka hati mereka.
Orang
banyak datang untuk menyaksikan peristiwa itu. Tetapi, ketika melihat pancaran
sinar wajah Agnes yang kudus dan agung serta sikapnya yang tenang, penuh
kepercayaan kepada Kristus yang melindunginya, orang banyak itu takut dan tidak
berani mendekat. Seorang pemuda tampil dan berusaha mengganggu Agnes. Pada saat
itu juga, dengan kilat yang dari surga, pemuda itu tiba-tiba menjadi buta dan
jatuh ke tanah dengan tubuh gemetar. Teman-temannya dengan ketakutan
membopongnya serta membawanya kepada Agnes yang kemudian menyanyikan lagu
puji-pujian kepada Kritus, sehingga pemuda itu dapat melihat serta sehat
kembali.
Gubernur
amat murka dan menjatuhkan hukuman mati pada Agnes. Algojo mendapat perintah
rahasia untuk dengan segala cara membujuk Agnes, tetapi Agnes menjawab bahwa ia
tidak akan pernah menyakiti hati Mempelai Surgawi-nya. Orang banyak menangis
menyaksikan seorang dara yang lembut dan jelita dengan belenggu dan rantai yang
terlalu besar bagi ukuran tubuhnya yang kecil, digiring ke tempat hukuman mati.
Ia terlalu muda untuk memahami arti kematian, namun demikian ia siap
menghadapinya tanpa gentar sedikit pun. Sesungguhnya, Agnes diliputi sukacita
yang besar karena ia akan segera diperkenankan menyongsong mempelainya. Sama
sekali tidak dihiraukannya ratap tangis mereka yang memohonnya untuk
menyelamatkan nyawanya. “Aku tidak akan mengkhianati Mempelai-ku dengan
menuruti keinginan kalian,” katanya, “Ia telah memilihku dan aku adalah
milik-Nya.” Kemudian Agnes berdoa, membungkukkan badannya untuk menyembah
Tuhan, dan segera menerima hujaman pedang yang menghantarkan jiwanya yang suci
kepada kekasihnya. Agnes telah mempertahankan kemurniannya dan memperoleh
mahkota martir di surga.
Jenasah
Agnes disemayamkan di pemakamam keluarga di Via Nomentana dekat kota Roma.
Kurang lebih lima puluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 354, Kaisar Konstantin
Agung mendirikan sebuah gereja besar di tempat itu. Tubuh Agnes disemayamkan di
bawah altar Gereja. Pada abad ketujuh, gereja itu kemudian dipugar, diperbesar
serta diperindah dan sekarang dikenal sebagai Basilik St. Agnes.
Selama
berabad-abad, setiap tahun sekali, yaitu pada pesta St. Agnes, dua anak domba
tak bercela dipersembahkan dan diberkati di Basilik St Agnes. Kemudian kedua
anak domba itu dipelihara oleh para biarawati Benediktin dari Santa Cecilia di
Trastevere hingga hari Kamis Putih, yaitu pada saat mereka digunting bulunya.
Dari bulu mereka dibuatlah 12 pallium yaitu semacam stola istimewa yang
dikirimkan kepada Bapa Suci. Bapa Suci memberikan pallium tersebut kepada para
Uskup Agung yang mengenakannya sebagai lambang anak domba yang digendong oleh
Gembala Yang Baik.
Pesta St.
Agnes dirayakan oleh Gereja Katolik di seluruh dunia setiap tanggal 21 Januari.
SUMBER: http://yesaya.indocell.net/id6.htm
SUMBER: http://yesaya.indocell.net/id6.htm